Istilah Hedonisme memiliki akar yang jauh ke zaman kuno. Pada abad kelima SM, di Libya, lahir seorang anak yang ditakdirkan untuk menjadi salah satu filsuf kuno yang paling luar biasa. Namanya adalah Aristippos. Perjalanan hidup pria ini berbeda dari para pemikir lain di zamannya. Sementara sesama waktu seperti Sokrates memikirkan tentang kebajikan, pengetahuan, dan keadilan, Aristippos mengembangkan konsep yang berani dan sederhana secara bersamaan: Makna hidup adalah untuk berusaha menuju kesenangan.
Aristippos percaya bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat ditemukan dalam konsep abstrak atau ideal tinggi, melainkan dalam pengalaman langsung dari kesenangan. Bagi Aristippos, kesenangan bukanlah sesuatu yang dangkal atau kebetulan; itu adalah hakikat dari sifat manusia, tujuan tertinggi mereka. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus berusaha untuk merasakan kenikmatan - baik melalui makanan enak, hubungan seksual, menari, atau bahkan dengan berada dalam bak mandi air hangat dan merenungkan dunia. Kesenangan-kesenangan sederhana ini pada pandangan pertama menjadi dasar filosofinya yang kemudian dikenal sebagai Hedonisme.
Meskipun gagasan-gagasan filosofis Aristippos tidak meraih ketenaran yang sama dengan ajaran-ajaran sesamanya, teorinya tentang hidup sebagai usaha menuju kenikmatan meninggalkan kesan yang mendalam dalam sejarah pemikiran. Hedonisme yang lahir dari gagasannya tetap relevan hingga saat ini dan memberikan pandangan masyarakat tentang kebahagiaan dan makna keberadaan.
Daftar Isi
Apa itu Hedonisme?
Hedonisme adalah aliran filosofis yang menyatakan bahwa kesenangan dan kenikmatan adalah harta yang tertinggi dan tujuan utama dari kehidupan manusia. Istilah ini berasal dari kata bahasa Yunani kuno "hedone", yang berarti "kenikmatan" atau "kenyamanan". Menurut pandangan hedonis, semua tindakan manusia dipacu oleh keinginan mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit atau penderitaan.
Ide dari Hedonisme adalah bahwa pencarian kesenangan adalah aspek alami dan mendasar dari eksistensi manusia. Sementara kesenangan tidak hanya dipahami sebagai kenyamanan fisik, tetapi juga sebagai kebahagiaan emosional dan intelektual. Hedonis percaya bahwa nilai moral dari tindakan akan ditentukan dengan sejauh mana tindakan-tindakan tersebut meningkatkan tingkat kesenangan secara keseluruhan dan mengurangi penderitaan.
Hedonisme seringkali disalahpahami dan dianggap hanya terkait dengan berlebihan dan amoralitas. Namun, banyak teori hedonis menekankan kebutuhan akan pendekatan yang rasional dalam mencari kesenangan, dengan mempertimbangkan konsekuensi tindakan bagi diri sendiri maupun orang lain. Hedonisme menyarankan untuk mempertimbangkan kesenangan sebagai kriteria penilaian dalam membuat keputusan hidup, sambil berupaya mencapai kehidupan yang seimbang dan harmonis.
Seiring berjalannya waktu, Hedonisme telah mengambil berbagai bentuk dan interpretasi. Beberapa filsuf menekankan pentingnya kesenangan yang langsung dan momen, sementara yang lain fokus pada kebahagiaan jangka panjang dan ketenangan batin. Meski pendekatan berbeda-beda, ide sentral dari Hedonisme tetap sama: Pencarian kesenangan adalah aspek alami dari sifat manusia dan tujuan hidup.
Ide Dasar Hedonisme
Hedonisme adalah sebuah filsafat yang menyatakan bahwa kesenangan dan kenikmatan adalah harta yang tertinggi dan tujuan utama dari kehidupan manusia. Pada intinya, Hedonisme mendukung pandangan bahwa berusaha menuju kebahagiaan dan menghindari kesakitan merupakan usaha yang alamiah dan benar bagi setiap individu. Hedonis meyakini bahwa nilai moral dari tindakan akan ditentukan dengan sejauh mana tindakan tersebut meningkatkan kesenangan dan mengurangi rasa sakit.
Ide dasar dari Hedonisme sangat beragam dan mencakup berbagai jenis kesenangan — mulai dari kenikmatan fisik, seperti makanan atau istirahat, hingga kesejahteraan intelektual dan emosional, seperti kegembiraan dalam pergaulan atau perasaan pencapaian. Pentingnya bukan hanya pada kesenangan itu sendiri, tetapi juga pada kualitasnya, lamanya, dan efeknya terhadap kepuasan hidup secara keseluruhan.
Epikur, salah satu filsuf penting yang mengembangkan Hedonisme, memberikan tambahan signifikan pada teori ini. Dia berpendapat bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya terletak pada kenikmatan fisik, tetapi juga pada ketenangan jiwa, yang disebutnya dengan Ataraksia. Epikur berpendapat bahwa untuk mencapai keadaan ini, penting untuk membebaskan diri dari rasa takut akan kematian dan para dewa, serta menghindari kesenangan berlebihan yang dapat mengarah pada penderitaan. Dia menyarankan untuk membedakan antara kesenangan alami dan perlu, seperti makanan dan tidur, dengan kesenangan yang tidak perlu, seperti mencari kemewahan atau ketenaran.
Kemudian, pada masa Renaissance dan Pencerahan, para filsuf Michel de Montaigne dan Jeremy Bentham juga turut berkontribusi pada perkembangan lebih lanjut dari Hedonisme. Montaigne menekankan dalam esainya tentang pentingnya menikmati momen kehidupan dan kebahagiaan manusia yang sejati. Jeremy Bentham mengembangkan gagasan Hedonisme lebih lanjut dan menciptakan Teori Utilitarianisme, di mana moral tindakan ditentukan oleh kemampuannya untuk membawa kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Pendekatannya memperluas Hedonisme ke level sosial, di mana kebahagiaan bukan hanya tujuan pribadi, tetapi juga kebaikan sosial.
Meskipun berbagai filsuf menginterpretasikan dan mengembangkan Hedonisme secara berbeda, gagasan sentral tetap tidak berubah: Mengejar kesenangan dan kebahagiaan adalah tujuan mendasar yang harus dikejar setiap individu dalam hidupnya.
Pertanyaan Standar tentang Hedonisme
Saat seseorang pertama kali berhadapan dengan konsep Hedonisme, mungkin ada beberapa pertanyaan yang muncul di pikirannya. Contohnya: "Apakah gluttony sebelum tidur, konsumsi obat terlarang, atau seks tidak terikat juga termasuk Hedonisme? Terakhir, ini memberikan kesenangan pada beberapa orang juga." Pertanyaan ini cukup logis, karena Hedonisme menyatakan bahwa mengejar kesenangan adalah tujuan hidup yang alami dan benar.
Hedonisme sebenarnya mengajukan pengejaran kesenangan, tetapi bukan dalam segala bentuk dan tanpa memperhatikan konsekuensi. Hedonisme yang sejati mempertimbangkan kesejahteraan jangka panjang dan menghindari kerusakan baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Sebagai contoh, makan berlebihan sebelum tidur mungkin memberikan kebahagiaan instan, namun pada akhirnya akan menyebabkan masalah kesehatan dan penurunan tingkat kebahagiaan secara umum. Begitu pula dengan obat-obatan yang dapat memicu euforia sementara, namun konsumsinya sering kali berdampak buruk seperti kecanduan dan keruntuhan kehidupan.
Hedonisme menuntut pendekatan yang rasional dan bertanggung jawab terhadap kesenangan. Artinya, seseorang harus mengejar bentuk-bentuk kenikmatan yang membawa kebahagiaan berkelanjutan dan sehat, tanpa merusak hidup sendiri atau menyakiti orang lain. Hedonisme yang sejati bukanlah mencari setiap kesenangan, melainkan kemampuan untuk memilih kenikmatan yang mempromosikan kesejahteraan jangka panjang.
Hedonisme dalam Filsafat
Hedonisme sebagai ajaran filsafat berasal dari zaman kuno dan terkait dengan nama Aristippos von Kyrene. Aristippos, murid Sokrates, percaya bahwa kebaikan tertinggi manusia terletak pada mencapai kesenangan dan bahwa pencarian ini harus membimbing semua tindakan manusia. Bagi Aristippos, kesenangan tidak terbatas hanya pada kenikmatan fisik; ia juga mencakup kepuasan jiwa dan emosional. Menurut ajarannya, setiap orang seharusnya mengejar kesenangan di sini dan sekarang, tanpa menunda-nunda ke masa depan.
Epikur, seorang filsuf berpengaruh lainnya, mengembangkan lebih lanjut ide-ide Hedonisme dengan memperkenalkan konsep Ataraxie — damai batin dan keteguhan —. Epikur berpendapat bahwa kesenangan sejati tidak hanya terletak pada kenikmatan fisik, tetapi juga pada kedamaian jiwa, kemerdekaan dari rasa sakit dan ketakutan. Ia menyarankan untuk menghindari kenikmatan berlebihan yang dapat menyebabkan penderitaan, dan mengejar kesenangan yang membawa kebahagiaan jangka panjang dan tidak menimbulkan kerusakan.
Pada Abad Pertengahan, Hedonisme sebagian besar digantikan oleh morali Kristen, yang menekankan penolakan pada kenikmatan duniawi demi penebusan batin. Namun pada masa Renaissance dan Pencerahan, minat terhadap Hedonisme kembali muncul. Michel de Montaigne menekankan dalam esainya pentingnya menikmati momen kehidupan dan kenikmatan pribadi, yang mencerminkan semangat Hedonisme. Jeremy Bentham mengembangkan ide-ide Utilitarianisme lebih lanjut dan mengusulkan penilaian moral tindakan berdasarkan kemampuannya membawa kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang, yang dapat dianggap sebagai bentuk sosial Hedonisme.
Juga, para filsuf modern tertarik pada Hedonisme dan melakukan penyesuaian sesuai dengan kondisi baru. Misalnya, filsuf Prancis Michel Onfray mengembangkan ide-ide Hedonisme sekuler lebih lanjut dan mengklaim bahwa manusia seharusnya mengejar kenikmatan yang membawa sukacita dan kepuasan tanpa merugikan diri sendiri atau orang lain. Dia menyarankan untuk memikirkan kembali Hedonisme sebagai sebuah sistem etika yang membantu manusia dalam menjalani kehidupan yang memuaskan dan bahagia dalam masyarakat modern.
Jadi, Hedonisme telah menempuh perjalanan panjang dari zaman kuno hingga modern dan beradaptasi dengan berbagai konteks budaya dan sejarah. Meskipun mengalami perubahan dan perkembangan, gagasan sentral Hedonisme — mengejar kesenangan dan kebahagiaan — tetap tidak berubah.
Kesenangan adalah satu-satunya hal yang seharusnya kita hidupi. Tidak ada yang membuat seseorang begitu tua seperti kebahagiaan.
Oscar Wilde
Penulis IrlandiaHedonisme di Zaman Sekarang
Hedonisme tetap menjadi konsep filosofis yang relevan di dunia modern, meskipun interpretasinya dan penerapannya telah mengalami perubahan signifikan. Saat ini, Hedonisme tidak hanya terbatas pada mengejar kenikmatan fisik, tetapi juga mencakup spektrum kehidupan yang lebih luas, seperti perkembangan pribadi, kesejahteraan emosional, dan tanggung jawab sosial.
Konsep oleh Michel Onfray
Filosof Prancis Michel Onfray merupakan salah satu pemikir kontemporer terkemuka yang mengembangkan gagasan Hedonisme. Dia telah mengusulkan konsep yang disebutnya "Etika Kesenangan". Dalam teorinya, Onfray mengklaim bahwa setiap orang memiliki hak atas kebahagiaan dan kenikmatan, namun hak ini juga datang dengan kewajiban tertentu terhadap diri sendiri dan masyarakat.
Pusat Etika Kesenangan Onfray adalah gagasan tentang harmoni—baik secara internal maupun eksternal. Dia meyakini bahwa kenikmatan tidak hanya memberikan kebahagiaan bagi diri kita sendiri, tetapi juga tidak boleh menyakiti orang lain. Hal ini berarti bahwa manusia harus dengan sadar menangani kenikmatannya dan berusaha untuk mencari bentuk-bentuk kenikmatan yang meningkatkan kesejahteraan fisik dan emosionalnya, tanpa merusak hidupnya sendiri atau kehidupan orang lain.
Onfray mengkritik masyarakat konsumsi modern, di mana kenikmatan sering kali diarahkan pada barang-barang materi dan kesenangan yang dangkal. Sebagai gantinya, dia menyarankan untuk mencari sumber-sumber kebahagiaan yang lebih dalam dan berkelanjutan, seperti seni, budaya, pengembangan intelektual, dan hubungan sosial. Dalam filosofinya, Onfray memanggil untuk revolusi pribadi dan sosial, di mana manusia belajar menghargai kebahagiaan sejati dan membentuk kehidupannya berdasarkan harmoni dengan dunia dan dirinya sendiri.
Konsep ini merupakan perkembangan dari Hedonisme, di mana kenikmatan tidak hanya dipandang sebagai tujuan, tetapi sebagai sarana untuk mencapai kehidupan yang memuaskan dan bahagia. Onfray percaya bahwa manusia hanya dapat mencapai kebahagiaan sejati dan kedamaian batin melalui penanganan kenikmatannya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Hedonisme dan Pekerjaan
Pekerjaan merupakan bagian signifikan dari kehidupan kita, oleh karena itu penting untuk menemukan cara untuk mengintegrasikan gagasan-gagasan Hedonisme ke dalam bidang ini, guna menjadi sukses dan menikmati pekerjaan. Hedonisme yang menekankan pada pencarian kenikmatan dan kebahagiaan, dapat membuktikan dirinya sebagai filsafat yang berguna untuk menjadikan pekerjaan sebagai sumber kebahagiaan dan kepuasan.
Pertama, Hedonisme mendorong kita untuk mencari sebuah pekerjaan yang sesuai dengan minat dan passion kita. Ketika seseorang melakukan apa yang benar-benar disukainya dan dimana ia melihat makna besar, ia akan merasakan kenikmatan dalam proses kerja, yang meningkatkan motivasi dan produktivitas. Pekerjaan tidak lagi dirasa sebagai tugas yang menjengkelkan, melainkan menjadi bagian penting dari kehidupan yang membawa kegembiraan dan kepuasan.
Kedua, Hedonisme mengingatkan pentingnya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Keterlibatan yang berlebihan dalam pekerjaan, tanpa memperhatikan kebutuhan dan keinginan sendiri, dapat menyebabkan kelelahan dan penurunan perasaan kebahagiaan secara umum. Penting untuk menyediakan waktu untuk istirahat, hobi, dan berkumpul dengan keluarga untuk menjaga kesejahteraan emosional dan fisik. Keseimbangan antara pekerjaan dan waktu luang membantu memelihara kesehatan, motivasi, dan kebahagiaan dalam hidup secara keseluruhan.
Hedonisme juga mengajarkan kita untuk menghargai kebahagiaan kecil dalam proses kerja. Hal ini dapat berupa emosi positif saat mencapai tujuan, perasaan pencapaian setelah menyelesaikan tugas, atau momen-momen menyenangkan dalam percakapan dengan rekan kerja. Hal-hal kecil yang tampaknya tidak penting ini membantu menjaga sikap positif dan menemukan kegembiraan dalam pekerjaan setiap hari.
Hedonisme menekankan pentingnya lingkungan kerja yang menyenangkan. Lingkungan di mana kita bekerja dapat sangat mempengaruhi kesejahteraan emosional dan kepuasan kita. Ketika ruang kerja nyaman dan menarik secara estetika, dan ada atmosfer positif di tim, hal ini akan mendorong kerja yang lebih produktif dan lebih menyenangkan.
Hedonisme mendorong kita untuk memilih karier dengan kesadaran, memerhatikan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, menemukan makna dalam isi pekerjaan dan kegembiraan dalam proses kerja, serta berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan. Integrasi prinsip-prinsip ini ke dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadikan pekerjaan sebagai sumber kebahagiaan dan kesenangan, serta akhirnya membawa pada kehidupan yang lebih harmonis dan memuaskan.
Hedonisme dan Teori Freud
Menurut saya, Hedonisme dan teori Sigmund Freud memiliki banyak kesamaan, karena keduanya menganggap peran kenikmatan dan pencariannya sebagai elemen sentral dari perilaku manusia dan psikologi.
Freud, salah satu pendiri Psikoanalisis, mengembangkan sebuah teori di mana Prinsip Kesenangan memainkan peran sentral. Menurut prinsip ini, perilaku manusia dimotivasi oleh dorongan untuk menghindari rasa sakit dan merasakan kesenangan. Freud mengklaim bahwa impuls tak sadar kita, terutama yang terkait dengan seksualitas dan agresi, bertujuan untuk mencapai kesenangan dan mengurangi ketegangan internal.
Prinsip ini memiliki kemiripan langsung dengan filsafat hedonis, yang juga menganggap kesenangan sebagai tujuan utama kehidupan manusia. Dalam teori Freud, diri batin kita adalah arena pertempuran antara berbagai kekuatan, di mana usaha untuk mencapai kesenangan (Id) sering kali bertentangan dengan norma moral dan sosial (Superego). Konflik ini menciptakan ketegangan yang manusia mencoba selesaikan dengan menemukan keseimbangan antara keinginannya dan realitas (Ego).
Berbading dengan hedonisme, yang mengakui kesenangan sebagai nilai positif secara terbuka, Freud menekankan kompleksitas dan ambivalensi dari upaya tersebut. Ia menyoroti bahwa memenuhi semua keinginan tidak selalu menghasilkan kebahagiaan dan bahwa penindasan atau transformasi impuls tertentu mungkin diperlukan untuk kesehatan mental. Aspek ini dari teori Freud menunjukkan bahwa mengikuti prinsip kesenangan secara sederhana dapat menyebabkan konflik internal dan neurosis jika interaksi kompleks antara berbagai tingkat psike tidak dipertimbangkan.
Freud juga memperkenalkan konsep Sublimasi - sebuah proses di mana insting dan keinginan dasar, terutama yang bersifat seksual, diubah menjadi perilaku yang dapat diterima secara sosial dan kegiatan kreatif. Sublimasi memungkinkan manusia untuk memuaskan hasratnya dengan cara yang membawa kebahagiaan jangka panjang dan melayani kesejahteraan sosial, yang sejalan dengan gagasan hedonisme, di mana penanganan yang masuk akal dan bertanggung jawab terhadap kesenangan memiliki arti.
Ich kann allem widerstehen, nur der Versuchung nicht.
Oscar Wilde
Irischer SchriftstellerBahaya dari Hedonisme Berlebihan
Salah satu bahaya terbesar dari hedonisme berlebihan adalah Keterbiasaan terhadap kesenangan cepat dan kesenangan yang mudah. Jika seseorang terus-menerus menginginkan kepuasan instan dari keinginannya, ia dapat kehilangan kemampuan untuk menikmati aspek kehidupan yang lebih dalam dan bermakna. Misalnya, konsumsi berlebihan makanan, alkohol, atau hiburan dapat menyebabkan penurunan kesehatan fisik dan mental, yang pada akhirnya menurunkan tingkat kebahagiaan umum.
Bahaya lainnya adalah kecenderungan untuk menjadi Menggantung. Jika kesenangan menjadi satu-satunya tujuan, seseorang mungkin mulai mencari cara yang semakin kuat dan ekstrem untuk mencapainya, yang seringkali mengarah pada ketergantungan merusak seperti alkoholisme, kecanduan obat, atau kecanduan perjudian. Ketergantungan-ketergantungan ini tidak hanya merugikan individu tersebut, tetapi juga dapat menghancurkan hubungan dengan orang lain, karir, dan bahkan kehidupannya.
Hedonisme berlebihan juga dapat menyebabkan keruntuhan moral dan kehilangan tanggung jawab. Jika usaha untuk meraih kesenangan menjadi satu-satunya ukuran, seseorang mungkin mulai mengabaikan norma moral dan etika, yang pada akhirnya berujung pada perilaku egois dan asosial. Dalam kasus seperti itu, hedonisme kehilangan nilai positifnya dan menjadi kekuatan yang merusak, baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan.
Untuk menghindari bahaya-bahaya ini, penting untuk menjaga keseimbangan dan mendekati kesenangan dengan akal dan tanggung jawab. Hedonisme dapat bermanfaat jika didasarkan pada pemilihan kesenangan yang sadar, yang mendukung kesejahteraan jangka panjang dan tidak menyakiti diri sendiri atau orang lain. Hedonisme sejati adalah seni menikmati hidup dalam harmoni dengan diri sendiri dan lingkungan, bukan sekadar mengejar kesenangan jangka pendek dengan segala cara.
Hedonisme dalam Lagu "Young, Wild & Free" oleh Snoop Dogg: Sebuah Himne atas Kesenangan Hidup
Lagu "Young, Wild & Free" oleh Snoop Dogg, Wiz Khalifa dan Bruno Mars mencerminkan inti dari hedonisme - sebuah filsafat yang menganggap usaha untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan hidup sebagai tujuan tertinggi. Lirik lagu merayakan masa muda, kebebasan, dan usaha mencari kegembiraan serta menekankan gagasan bahwa hidup harus dijalani tanpa kekhawatiran dan pembatasan yang tidak perlu. Protagonis lagu menikmati momen tersebut dan mengabaikan norma-norma sosial, yang sesuai dengan pandangan dunia hedonistik. Lagu ini mendorong untuk hidup pada saat ini, mencari kesenangan pribadi, dan menikmati kebebasan berkembangnya diri. Dalam konteks hedonisme, lagu tersebut melambangkan kebahagiaan hidup dan penolakan terhadap stres demi kegembiraan dan kebebasan maksimal, sehingga menjadi himne modern dari filosofi ini.
Kesimpulan
Hedonisme adalah sebuah filsafat yang selama berabad-abad menarik banyak orang dengan menawarkan cara sederhana dan mudah untuk mencapai kebahagiaan melalui pengejaran kesenangan. Ide tersebut, meskipun tampak sederhana, melibatkan banyak nuansa dan memerlukan pendekatan yang sadar dalam kehidupan. Hedonisme mengajarkan kita bahwa kesenangan dan kegembiraan dapat dan seharusnya menjadi bagian dari kehidupan kita, tetapi hanya jika mereka berkontribusi pada kebahagiaan jangka panjang dan harmoni dengan lingkungan.
Dari filosof-filosof kuno seperti Aristippos dan Epikur hingga pemikir-pemikir modern seperti Michel Onfray, hedonisme telah berkembang dengan menyesuaikan diri dengan perubahan dalam masyarakat dan budaya. Hari ini, konsep ini tetap relevan dan mengajak orang-orang untuk mempertimbangkan kembali prioritas hidup mereka serta memperhatikan pentingnya kebahagiaan pribadi, kesehatan, dan kesejahteraan emosional.
Hedonisme yang sejati tidak menuntut agar semua keinginan dipenuhi tanpa pertimbangan. Ia menuntut tanggung jawab, kesadaran, dan pemahaman bahwa kebahagiaan sejati bukanlah karena kesenangan instan, melainkan karena kehidupan yang seimbang dan harmonis. Hedonisme adalah seni hidup sedemikian rupa sehingga kegembiraan dan kesenangan menemani kita setiap langkah dalam perjalanan hidup, tanpa merusak kebahagiaan kita sendiri maupun kebahagiaan sesama, melainkan memberi nilai tambah.
Dengan demikian, hedonisme tidak hanya menawarkan pencarian kesenangan, tetapi juga sebuah filsafat yang membantu kita menemukan keseimbangan antara kegembiraan dan tanggung jawab, kebahagiaan dan kewajiban, kenikmatan dan akal sehat. Di situlah kekuatan dan arti hedonisme bagi setiap orang yang mencari jalan menuju kehidupan yang lebih bermakna dan penuh kebahagiaan.
Postskriptum
Bagi saya sebagai penulis, tema hedonisme sangat menarik. Ketika setengah hidup telah dilewati, pertanyaan-pertanyaan tentang tujuan dan makna hidup mulai menghantui sehari-hari. Saya melihat ke belakang dan bertanya pada diri sendiri: Mengapa saya melakukan ini, apa tujuannya? Hedonisme menarik bagi saya karena kesederhanaannya: Hiduplah untuk kesenangan, namun bukan dengan merugikan orang lain. Filsafat ini memberikan hak kepada kita untuk menikmati hidup, membuat orang yang kita cintai bahagia, dan pergi bekerja pada apa yang benar-benar kita cintai. Hiduplah sedemikian rupa sehingga setiap hari memberikan manfaat dan kebahagiaan bagi dirimu sendiri dan orang-orang di sekitarmu.
Di sini tidak ada tempat bagi pengorbanan dan penyangkalan diri. Di sini yang penting adalah keseimbangan — antara apa yang kamu butuhkan dan apa yang penting bagi orang-orang terdekatmu. Hedonisme mengajarkan kita untuk menikmati hidup sepenuhnya, menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil dan di setiap momen. Ini adalah jalan menuju kehidupan di mana kesenangan dan makna berjalan beriringan, di mana kamu menjadi lebih baik dan juga membuat dunia di sekitarmu menjadi lebih baik.
Jika topik ini mengena di hati Anda, cek halaman-halaman lain di situs web ini. Misalnya halaman-halaman dengan Humor Hitam atau Ucapan Selamat Pagi — mungkin mereka dapat memberikan sentuhan pedas dan energi positif pada harimu.
Hedonisme: Bagaimana kamu menemukan keseimbangan dalam hidupmu untuk hidup dengan sukacita
Dari Vitalii Shynakov